Thursday, October 26, 2006

Jangan Kemaruk

Jangan rakus. Ngono yo ngono ning ojo ngono. Demikian nasihat yang sering disampaikan para orang bijak. Nasihat yang juga sangat bijak. Rakus merefer pada sesuatu yang diambil secara berlebihan sementara sebenarnya keperluannya tidak sebanyak itu; atau sementara orang lain yang memerlukan menjadi tidak kebagian.

I.
Pada suatu hari, kami diundang untuk suatu acara tahunan di awal semester, yaitu pertemuan perkenalan antara para foreign student dengan host family mereka. Fredericton adalah kota kecil yang tidak banyak penduduknya. Penduduk asli kota tersebut hanya sekitar 60 ribu jiwa (kita baru menyadari penduduk di sini kelihatan banyak ketika semua orang berkumpul di tepi sungai Saint John di tengah malam pada perayaan pergantian tahun), sementara belasan ribu lainnya adalah mahasiswa yang datang dari berbagai penjuru Kanada bahkan dunia. Masyarakat Fredericton sangat menyadari pentingnya keberadaan mahasiswa yang menghidupkan kota mereka. Untuk mahasiswa asing, mereka memiliki program host family di mana setiap beberapa mahasiswa diassign satu keluarga yang kemudian bertugas untuk membantu para mahasiswa tadi dalam berbagai aspek kehidupan di kota ini, terutama yang berhubungan lintas budaya agar tidak terjadi culture shock ketika tinggal di sini. Biasanya kita diundang dinner di rumah mereka, atau sesekali diajak ke tempat wisata, atau ikut gathering bersama seperti saat ini. Saya 2 kali dapat host family karena yang pertama sangat sibuk dengan pekerjaannya sebagai direktur sebuah panti jompo, sehingga kemudian diganti dengan keluarga yang pernah tinggal di Indonesia - sebagai ahli kimia batuan di tambang Busang yang konon memang banyak mengandung emas itu. Meskipun saya merasa mereka tidak menjalankan tugasnya dengan baik sebagai host family karena hanya sesekali mengundang makan malam dan berpiknik (he.. he... maunya berapa kali :-) ), namun saya sangat mengapresiasi program tersebut karena telah menunjukkan keramahan masyarakat Kanada yang seringnya kita cap berperilaku individualistis - yang tidak ramah bahkan diskriminatif juga banyak sih tapi paling tidak ada sisi humanism yang masih tersisa - sesuai dengan pidato saya di acara program pelepasan mahasiswa asing yang telah lulus 2 tahun kemudian.

II.
Pada saat itu kami, ada 5 mahasiswa baru di UNB, diajak oleh seorang teman yang telah berada di situ lebih dahulu setahun. Setiba di venue dan mengobrol sedikit dengan koordinator panitia (yang nantinya menjadi host family saya yang kedua), sambil menunggu acara dimulai kami mengambil makanan kecil berupa kue-kue yang ukurannya memang sangat kecil. Naluri "mahasiswa kost" kami muncul dengan membawa piring besar dan mengambil banyak-banyak berbagai macam penganan yang ada. Ketika kami akan mulai menyantapnya, teman tadi mengingatkan "You shouldn't do that". Itu sama sekali tidak sopan. Seharusnya mengambil satu dulu, baru mengambil makanan lagi ketika semua orang sudah kebagian. Jangan kemaruk. Ketika saya perhatikan, memang setiap orang hanya membawa 1 penganan saja. Wah jadi malu nih, kami jadi kayak orang kelaparan saja. Rupanya itu budaya di sini, memberikan kesempatan pada orang lain ketika kesempatan mereka sudah terpenuhi, tidak mengambil semuanya untuk diri sendiri (*). Lha, ini kan sangat berbeda dengan bayangan saya sebelumnya mengenai masyarakat barat. Tapi kemudian saya menyadari itu adalah fitrahnya manusia sebagai social animals. Pengalaman lain yang membuat saya kagum adalah rupanya mereka juga orang yang sabar. Ketika suatu kali kami sedang menuju downtown, kendaraan kami terhenti oleh antrian mobil yang disebabkan oleh sebuah mobil yang berhenti ketika ada teman pengemudi menyapa dari tepi jalan dan mengajaknya mengobrol, sementara jalan terlalu sempit bagi kendaraan lain untuk mendahului mobil tersebut. Semenit, dua menit, tiga menit, tidak ada suara klakson sama sekali. Heran..... kalau di tempat kita biasanya sudah banyak kebun binatang yang keluar dari pengendara di belakangnya. Kamipun menekan diri serta mengurungkan niat untuk membunyikan klakson. Tak sampai 5 menit akhirnya mobil tersebut kembali melaju dan antrian berangsur menghilang. Dan semua orang berbahagia.

III.
Salah satu kegiatan dalam program host family yang selalu ditunggu-tunggu oleh penggemar adalah pembagian pakaian gratis. Pada setiap awal tahun ajaran, terutama menjelang musim dingin, mahasiswa peserta program tersebut disilakan untuk datang dan mengambil pakaian gratis yang disediakan oleh panitia, hasil donasi dari penduduk di Fredericton. Definisi pakaian di sini termasuk: baju, celana (kalau membeli celana di sini, saya harus ke stan pakaian remaja karena kalau ukuran dewasa meskipun panjangnya cocok tapi selalunya pinggangnya pastilah kegedhean :-) Orang-orang sini memang tidak terlalu memandang penting penampilan terutama get in shape, terbukti dengan banyak dari mereka yang cuwek saja makan banyak-banyak meskipun tubuh mereka sudah sangat gemuk tanpa ada upaya sama sekali untuk berdiet), jaket musim dingin, sweater, topi musim dingin yang menutupi telinga (tahukah anda kalau telinga kita lebih cepat menjadi dingin dibanding bagian tubuh lain, dan karena tersusun dari tulang rawan maka kalau kena udara terlalu dingin, maka telinga kita akan mudah membeku dan mudah patah jika mengalami benturan), sepatu boot untuk jalan di salju (teman saya memperoleh sepatu untuk ice skating, beruntung dia), dan lain-lain. Minggu pagi itu kami berangkat berenam untuk mengambil pakaian gratis di tempat yang telah ditentukan. Tiba di sana banyak terlihat meja dengan tumpukan pakaian di atasanya. Kita tinggal memilih-milih mana yang cocok dan disuka, boleh diambil tanpa harus bayar. Gratis tis ;-) Teringat akan teguran kawan kami di atas, maka kamipun dengan sopannya memilih jaket dan baju yang cocok dengan ukuran serta selera kami. Ada jaket yang bagus sudah kepegang tapi kok di sebelah sana ada yang lebih bagus ya; akhirnya saya batal mengambil dan mencoba yang lain lagi, hingga menemukan yang cocok. Tiba-tiba kami dikejutkan oleh serombongan mahasiswa Korea yang juga datang untuk mengambil pakaian. Oh no! Lihat, mereka membawa tas plastik yang sangat besar yang biasanya digunakan untuk membuang sampah!! Dan mereka serta merta meraup pakaian yang ada di meja lantas memasukkannya banyak-banyak ke dalam tas mereka!!! Tapi.... teman saya yang menegur kami dulu tak ada di sini. Panitia yang ada di situ juga tak kelihatan berusaha untuk mencegah "penjarahan" tersebut. Tak ada yang berteriak: "Jangan kemaruk!" pada mereka. Sungguh kami terkaget-kaget dengan merasakan culture shock untuk ke sekian kalinya. Jadi kesimpulannya: di sini boleh kemaruk atau tidak? Sepertinya tak ada waktu untuk memikirkannya. Jadi kami tetap pada prinsip semula: jangan kemaruk, meski melihat orang lain kemaruk, jangan tergoda (saya sering berseloroh: saya ini taat prinsip, sayangnya prinsip saya sering berubah-ubah. He... he... just joking). Akhirnya kamipun buru-buru mengambil jaket yang kami rasa paling cocok dan beruntunglah kami masih dapat sisa-sisa pakaian yang sempat kami selamatkan.

IV.
Yang terakhir ini sebetulnya dalam mode "off the record". Ternyata kami kalah melawan godaan, hingga pada tahun berikutnya, dalam acara yang sama, pagi-pagi sekali kami berangkat sambil membawa tas besar (tak sebesar yang dibawa mereka sih), dan dengan bergas mengambili berbagai jaket dan baju. Alhasil, ketika kembali ke apartemen. Saya dapati hanya satu-dua pakaian yang cocok dengan ukuran dan selera saya, hingga banyak pakaian tersebut yang kemudian hanya menumpuk di gudang dan akhirnya dibuang ketika saya akan kembali ke negeri tercinta. Saya sangat menyesalinya :-( . Please, don't be greedy.

{1999 @ canada}

(*) Belakangan saya mendapatkan hadist yang kiranya erat berhubungan dengan kejadian itu, yaitu: "Jangan mengambil terlalu banyak bila makan bersama orang lain, kecuali jika atas izin kawan dalam jamuan itu". (HR. Al Bukhari, Muslim).

see other Culture Shocks

1 comment:

Anonymous said...

Males ah komentar... gak tampil di halaman utama sih... kan gak bisa numpang keren gitu.....
Murod: www.murod.web.ugm.ac.id, www.engineeringjokes.blogspot.com